SELAMAT DATANG! DI MESIAS , BULETIN GMAHK MERBABU

SELAMAT DATANG SAUDARA-SAUDARA YANG KEKASIH DI DALAM TUHAN! BLOG INI ADALAH BLOG GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH JEMAAT MERBABU
BLOG INI ADALAH REPRESENTASI DARI BULETIN GMAHK MERBABU YANG BERISI INFORMASI KESEHATAN, RENUNGAN, KESAKSIAN, INFORMASI UMUM, BERITA GEREJA DAN PEKABARAN TUHAN KEPADA ANDA SEMUA PARA PEMBACA!
SELAMAT MEMBACA DAN BAGIKAN KEMBALI KEPADA SAUDARA-SAUDARA YANG LAIN!
SEMOGA BLOG INI SEMAKIN MEMBANTU PEKERJAAN TUHAN MELALUI KITA HAMBA-HAMBANYA DI DUNIA INI. SAMBIL KITA MENANTIKAN KEDATANGANNYA YANG KEDUA KALI. HALELUYA. AMIN! TUHAN BESERTA KITA!

Minggu, 13 Februari 2011

RENUNGAN HARIAN ONLINE 13-19 FEBRUARI 2011

RENUNGAN HARIAN 13 FEBRUARI 2011


MEMILIKI MASA DEPAN YANG LEBIH CEMERLANG


"Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita" (2 Korintus 5:5).


Para penulis Perjanjian Baru memberikan satu perspektif unik tentang kerajaan yang akan datang, tentang kehidupan kekal. Mereka menantikan kehidupan kekal sebagai sesuatu yang telah mulai di dalam hati mereka. ItuIah kualitas yang baik dari kasih, sukacita, dan kedamaian yang mereka lihat sebagai contoh-contoh kehidupan yang baik yang kita akan nikmati di kerajaan yang akan datang.

Paulus merangkumnya dalam Roma 5:21. la membandingkan kehidupan lama, tanpa iman, dengan hidup yang baru. la menulis, "sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."

Dosa berkuasa sebelumnya. Kekejaman dan kebencian serta cinta diri berakibat kematian. Namun sekarang kasih karunia berkuasa. la berkuasa melalui kebenaran, melalui kualitas-kualitas baik yang dihasilkan Roh. Dan itu menuntun pada kehidupan kekal. Itulah kualitas kehidupan Yesus Kristus. Itu adalah sesuatu yang bisa kita mu­lai alami sekarang. Itu adalah sesuatu yang akan membawa kita melalui senang dan susah di sepanjang jalan sampai kedatangan Kristus kedua kali.

Dua puluh abad silam, Anak Allah yang hidup menyerahkan Diri-Nya sendiri un­tuk manusia yang lemah dan berdosa. la menyerahkan Diri-Nya sendiri karena dunia ini menjadi tawanan kengerian dosa. Semua tragedi dunia ini dibebankan pada bahu-Nya dan perlahan menghancurkan kehidupan-Nya.

Namun oleh kasih karunia yang agung, Yesus meniadakan kutukan dosa itu. la memutuskan reaksi berantai dari kebencian dan kekejaman serta penderitaan. Inilah Juruselamat yang akan datang itu! Dialah yang akan tampak penuh kemuliaan di awan-awan. Dialah yang menawarkan kepada kita masa depan yang cerah.

Sudah waktunya memiliki masa depan itu. Sudah waktunya memintanya untuk diri Anda sendiri. Jangan biarkan ancaman teror mengintimidasi Anda. Jangan biar-kan perbuatan kebencian menyebabkan Anda bereaksi yang sama. Miliki masa depan yang lebih cerah. Allah telah berbuat begitu banyak untuk memungkinkan masa depan lebih cemerlang itu terjadi. la telah melakukan pengorbanan terbesar untuk menaruhnya di tangan Anda.

Terserah Anda. Anda bisa memilih untuk bersama Anak Allah yang benar. Anda bisa memutuskan sekarang juga bahwa Anda akan berada di tengah-tengah mereka yang menyambut kedatangan-Nya yang penuh kemuliaan. Anda bisa membuka hati Anda untuk memastikan bahwa tangan Anda akan terbuka nantinya, pada hari besar itu.

Raihlah harapan itu. Buatlah kehidupan Anda di tangan Juruselamat yang baik!



RENUNGAN HARIAN 14 FEBRUARI 2011


TEROR YANG BARU, PERANG YANG LAMA


"Maka timbulah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga " (Wahyu 12:7,8).


Pada hari pesawat penumpang menabrak World Trade Center dan Pentagon, dunia berubah. Kesedihan yang tak terlukiskan akibat tindakan itu membuat kita semua tertegun. Tanggal 11 September 2001, mendorong kita pada rasa takut yang baru, kesedihan yang baru, satu perang yang baru. Para pegawai pemerintah menjulukinya "perang baru terhadap terorisme." Sebenarnya itu adalah perang yang sudah sangat lama sekali. Yang cukup mengejutkan adalah bahwa itu dimulai di surga.

Ketika kita memikirkan surga, kita memikirkan kedamaian, bukan perang. Kita memikirkan sukacita, bukan kesedihan; ketenangan, bukan teror. Bagaimana perang bisa pecah di sana?

Dalam hikmat-Nya yang tak terbatas Allah memberikan kebebasan memilih kepada semua makhluk yang diciptakan dalam gambar-Nya. Merenggut kebebasan memilih berarti menghilangkan bagian yang membuat kita unik. Itu akan menghilangkan bagian dari gambaran Allah. Allah menghargai kebebasan. Bilamana tidak ada kuasa untuk memilih, maka tidak ada kesempatan untuk mengasihi. Ketika tidak ada kesempatan untuk mengasihi, maka tidak ada kesempatan untuk kebahagiaan yang kekal. Kasih tidak akan pernah dipaksakan.

Ribuan tahun yang lalu, salah satu ciptaan Allah mulai mengembangkan perasaan aneh di dalam dirinya. la mulai mempertanyakan hikmat dan keadilan Allah. Namanya Lusifer, "bintang fajar." la telah menempati satu tempat istimewa dekat takhta Allah. Namun sekarang ia membiarkan kecemburuan merasuk ke dalam jiwanya.

Lusifer menginginkan semua kehormatan Allah-terutama pujian dan kemuliaan. Lusifer jadi terobsesi dengan kedudukannya. Kecemburuan berubah menjadi racun dalam hatinya, dan ia mulai percaya bahwa dia bisa sepenuhnya sempurna hanya bila Allah tidak menghalanginya. Kecemburuan Lusifer berubah menjadi kebencian sedemikian rupa sehingga ia bersedia berperang melawan Allah, melawan Kristus dan para malaikat-Nya. la menghasut makhluk surga yang lain bahwa Allah menyembunyikan sesuatu; bahwa Dia tidak adil; bahwa Dia benar-benar tidak bisa dipercaya; bahwa mereka lebih baik berjalan sendiri. Lusifer menggambarkan Allah sebagai musuh. Semua rasa tidak puas dan frustrasinya berfokus pada satu hal: keluar dari kendali Allah, la berkata, dirinya sendiri bisa menggulingkan kekuasaan Allah. Jadi sudah sepantasnya memulai konflik yang bisa diharapkannya untuk menang, sekalipun harus meninggalkan surga.

Lusifer kalah dari peperangan kosmik besar yang pertama itu. Allah mengusir dia dari surga. Allah menang dan Lusifer kalah. Setiap kali Lusifer dan Allah berperang, Allah menang dan Lusifer kalah. Allah belum pernah kalah perang dengan Lusifer. Mungkin tampak ada kemunduran, namun Allah akan memenangkan peperangan itu. Anda berada di pihak yang menang.


RENUNGAN HARIAN 15 FEBRUARI 2011


MENGHADAPI RASA TAKUT


"Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: 'Diam! Tenanglah!' Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali" (Markus 4:39).


Perahu penangkap ikan yang kecil itu menyeberangi Danau Galilea pada saat matahari sore. Yesus dan para murid-Nya telah sering mengadakan perjalanan, namun hari ini berbeda. Badai tiba-tiba mengaduk-aduk danau itu. Ombak menggoncang perahu itu saat angin menghempaskan tiang layarnya. Para nelayan musiman itu panik, sudah pasti mereka semua akan tenggelam.

Namun Yesus berdiri dan memegang tiangnya. Menghadapi angin yang mengamuk, la dengan tenang mengucapkan kata-kata: "Diam, tenanglah!" Dan tiba-tiba segala sesuatu berubah. Awan gelap di atas menjadi cerah. Angin ribut mereda. Om­bak surut. Danau itu menjadi tenang. Para murid duduk tertegun, sambil menatap air biru yang mengilau. "Siapakah gerangan orang ini," mereka berseru, "sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya!" (Mark. 4:41).

Siapakah gerangan orang ini? Dia yang menggenggam elemen-elemen di tangan-Nya. Dia yang bisa mengubah situasi-situasi yang paling membahayakan. Dia yang mengendalikan semesta alam. Dia yang mengucapkan satu perkataan maka angin dan ombak menuruti-Nya. Yesus menciptakan kedamaian. Dan Yesus berjanji untuk membawa kedamaian bagi masing-masing kita.

Hal-hal menakutkan terjadi di dunia ini. Masalah-masalah akan menghadang kita. Namun Yesus telah menaklukkan semua kejahatan di bumi. la telah berhasil mengatasi kekacauan di luar dan kekacauan di dalam. la lebih kuat daripada segala sesuatu yang bisa mengancam kita. Itulah sebabnya la bisa membawa kedamaian bagi kita.

Ada kekuatan besar di balik kedamaian Yesus Kristus. Itu adalah sesuatu yang bisa kita minta dalam keadaan paling menyusahkan, ketika kita tercengkeram oleh kegelisahan atau tersiksa oleh rasa khawatir.

Rasa takut akan reda bila memikirkan hat tertinggi. Dan damai sejahtera berkurang dengan memikirkan hal paling buruk. Itulah sebabnya mengapa Rasul Paulus menyampaikan janji besar itu kepada kita dalam suratnya kepada orang-orang Filipi.

Ada damai sejahtera yang melampaui pengertian. Bahkan ketika pikiran kita tidak bisa memahaminya, namun hati kita masih percaya. Kita bisa datang kepada Kristus yang menenangkan badai, dan menaruh semua kekhawatiran kita, rasa takut, dan ketegangan kita di kaki-Nya. Bagaimanakah kita melakukan itu? Hanya dengan membuat satu pilihan sadar untuk mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Dia. Dengan berfokus kepada damai sejahtera-Nya bukan pada masalah-masalah kita. Dengan membiarkan iman mengempiskan rasa takut kita.



RENUNGAN HARIAN 16 FEBRUARI 2011


MENANG ATAS TEROR


"Ketika itu aku berkata kepadamu: Janganlah gemetar, janganlah takut kepada mereka; TUHAN, Allahmu, yang berjalan di depanmu, Dialah yang akan berperang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu'" (Ulangan 7:29, 30).


Ada pepatah lama berkata, "Ketika kita melihat apa yang sedang terjadi di sekitar kita, masalah bertambah. Ketika kita memandang pada Yesus, masalah hilang." Banyak kebenaran dalam pernyataan itu.

Bukan berarti bahwa tidak akan ada kesulitan dalam kehidupan ketika kita percaya pada Yesus, tapi maksudnya bahwa rasa takut yang melumpuhkan yang mendominasi kehidupan kita dikalahkan. Cara terbaik untuk menyingkirkan hal-hal negatif dari kehidupan adalah fokus pada hal-hal positif. Hal positif terbesar dari semuanya adalah Allah, la lebih besar dari pada masalah-masalah kita. la lebih baik daripada kegagalan-kegagalan kita. Dia itu melebihi segala sesuatu yang lainnya jika kita lebih dekat lagi memusatkan pandangan pada Dia, jika kita dekat dengan-Nya untuk mendengar-Nya.

James Martin seorang pendeta dan penulis di New York City yang sangat ingin melakukan sesuatu setelah serangan teroris tanggal 11 September 2001. la ingin memberikan hiburan dan nasihat kepada orang-orang yang selamat dari serangan bunuh diri itu, jadi dia menunggu di Chelsea Piers, sebuah fasilitas penerangan. Se­telah diberitahu bahwa mereka memiliki cukup banyak imam dan pendeta, James pergi ke tempat di mana terdapat banyak kendaraan tentara Amerika Serikat, mobil-mobil polisi, mobil kebakaran, dan truk-truk sampah. Oleh dorongan hati ia menawarkan kepada seorang sersan polisi, pertolongan kerohanian di tempat kejadian.

Segera setelah James mengajukan tawaran itu, ia merasakan sesuatu yang dingin di dalam lambungnya, sesuatu yang tak terduga: rasa takut. ia akan pergi ke tempat kejadian yang tak terbayangkan, mayat-mayat bergelimpangan yang tertimbun reruntuhan. Petugas itu berkata, ya. Segera sebuah mobil polisi membawa dia ke lokasi yang dulunya World Trade Center berdiri. Rasa takut James bertambah bilamana mobil itu menuju selatan semakin mendekati lokasi. Jalanan tampak sepi, Di depan, asap masih membumbung dari serangan teroris itu.

Tiba di reruntuhan menara yang terbakar dan runtuh itu, James menemukan orang-orang yang perlu berbicara. la menemukan para relawan yang kelelahan dan para penyelamat yang perlu membagikan kisahnya. la menemukan orang-orang yang menghargai keberadaannya di tempat kejadian itu. Rasa takut James tertelan oleh sesuatu yang lain. Allah ada di sana. Kualitas cinta, kasih karunia dan belas ka­sih lebih kuat daripada reruntuhan berasap itu. Dan itulah yang dia ingin lihat. Itulah yang memberikannya perspektif. Itulah yang membuatnya aman di tempat kejadian.

Bagaimanakah Anda merasa aman sekarang ini? Dengan memusatkan pan­dangan pada kasih karunia, pada Pembuat kedamaian, pada Allah Mahakuasa yang menjadi tempat perlindungan kita di masa kesukaran. Bawalah kekhawatiran dan rasa takut. Anda kepada Dia yang paling memahami Anda.



RENUNGAN HARIAN 17 FEBRUARI 2011


TEMPAT PERLINDUNGAN Dl SAAT BADAI


uAku akan berkata kepada TUHAN: 'Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai'" (Mazmur 91:2).


Itulah hari yang akan dikenang selama hidup saya, meskipun itu dimulai sebagaimana hari Jumat lainnya di bulan Juni, di tempat kelahiran saya di Norwich, Con­necticut. Saat itu langit tampak cerah dan terang. Awan putih berarak dengan tenang mengapung pada lautan langit biru. Saat itu di awal usia remaja, saya menghabiskan waktu sore hari memancing bersama seorang teman. Namun sore itu ikan tidak menggigit umpan. Mungkin ikan itu mengetahui sesuatu yang tidak kami ketahui.

Menjelang senja tampak langit mulai gelap. Tiba-tiba, seperti tanpa tanda, angin menyapu. Langit yang tadinya cerah menjadi gelap. Gemuruh suara guntur nyaring menggelegar di atas kepala kami. Kilat menyambar saat hujan tumpah dengan lebatnya. Dalam hitungan menit, kami basah kuyup. Kami mengetahui ini bukan badai biasa. Karena hujan lebat dan lebih deras daripada biasanya, sungai tergenang sampai ketepian. Banjir menutupi jalanan. Angin begitu kencangnya. Kami terjebak dalam angin topan yang dahsyat tanpa ada tempat untuk bersembunyi. Kami mencari tem­pat aman, yaitu naungan di bawah sebuah jembatan besar. Tinggi air saat itu masih cukup rendah bagi kami untuk mendapati tempat aman sementara di sana.

Naluri alamiah kita di tengah badai mana pun adalah menemukan tempat aman. Kita merindukan tempat perlindungan. Ini terutama berlaku ketika kita menghadapi badai kehidupan. Jangan buat kesalahan, ada tempat yang dijanjikan sebagai tem­pat aman terakhir. Allah sendiri berjanji untuk menyertai kita. Para nabi Ibrani menemukan itu dahulu kala. Lihat dalam Mazmur 91:2-5, "Akan berkata kepada TU­HAN: Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.1... Dengan kepak-Nya la akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang."

Sungguh suatu gambaran yang indah dan meyakinkan dari Tuhan kita yang agung. Kita memperoleh perlindungan di bawah kepak sayap-Nya. Kesetiaan-Nya seperti perisai. Dialah yang dapat menenteramkan "kedahsyatan malam."

Pemazmur memilih istilah militer kuno untuk menggambarkan perlindungan Allah kita. Menjalani kehidupan dalam pemeliharaan-Nya lebih aman daripada benteng militer paling kuat sekalipun. Percaya pada kekuatan-Nya memberikan lebih banyak perlindungan daripada tentara paling tangguh sekalipun. Kasih-Nya mengelilingi kita dengan perisai pelindung yang lebih kuat daripada baju baja kuno mana pun.

Meskipun kadang-kadang kita mungkin memiliki rasa takut, kita tidak dilumpuhkan oleh rasa takut. Meskipun kadangkala kita mungkin khawatir, kita tidak dilemahkan oleh kekhawatiran. Meskipun kadang-kadang kita gelisah, kita tidak ditahan oleh kegelisahan. Di tangan Bapa, kita aman dan sentosa, sekarang dan selamanya.



RENUNGAN HARIAN 18 FEBRUARI 2011


IMAN DI TENGAH DUNIA YANG BERGERAK CEPAT


"Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat" (2 Korintus 5:7).


Dunia yang bergerak pesat di abad kedua puluh satu ini tampaknya terhempas ke tempat yang jauh lebih heboh. Di California, negara bagian tempat saya tinggal, orang-orang yang lalu lalang menyelesaikan masalah percekcokan lalu lintas dengan senjata. Etika jalan raya adalah permasalahan hidup atau mati.

Pengedar narkotik menjangkau murid-murid sekolah menengah atas. Kekasaran dan kekerasan memadati pusat kota. Kebejatan moral di sudut-sudut gang gelap telah pindah ke ruangan tamu kita. Kelompok-kelompok teroris internasional mengubah virus-virus biologis yang mematikan menjadi senjata pembunuh massal. Dan satu virus komputer kecil bisa membuat seluruh perekonomian terhenti. Seperti yang pernah dinyatakan oleh tokoh kartun Charlie Brown: "Saya mempunyai satu filosofi baru. Saya hanya akan takut satu hari nanti."

Bagaimanakah kita bisa hidup satu hari nanti di tengah badai ini? Bagaimanakah kita membesarkan satu keluarga yang sehat? Bagaimanakah kita menemukan satu ukuran damai sejahtera?

Dalam Perjanjian Baru kita memang menemukan satu perintah yang diberikan sebagai penangkal stres dan kekhawatiran. Sesuatu yang diulang-ulang oleh para rasul, yaitu kehidupan oleh iman. Perjanjian Baru berbicara tentang iman lebih dari kualitas lain, dengan 483 referensi. Yesus Kristus tetap mengarahkan orang yang lumpuh, yang buta, yang sombong, dan yang patah hati, kepada iman sebagai satu-satunya harapan. Para rasul memusatkan Injil mereka di seputar itu. Misalnya: "Orang yang benar akan hidup oleh iman" (Gal. 3:11); "Orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman" (Ibr. 10:38); "Hidup oleh iman dalam Anak Allah" (Gal. 2:20); "Kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat" (2 Kor. 5:7).

Apakah iman itu? Apakah maksud para penulis Alkitab ketika mereka menggunakan ekspresi seperti "Orang benar akan hidup oleh iman" atau "hidup karena percaya"?

Dalam Perjanjian Baru, kata untuk "iman" merujuk kepada teguh, dinamis, bersemangat. Itu artinya percaya, yakin, kepercayaan yang dalam. Para penulis Alkitab selalu berbicara tentang iman dalam pengertian tentang seseorang yang menjadi tumpuan kepercayaan. Iman bisa didefinisikan dengan cara ini: Iman itu adalah karunia pemberian Allah yang menuntun kepada satu hubungan kepercayaan dengan Bapa surgawi kita sebagai Sahabat yang dikenal baik. Itu merupakan satu keyakinan yang telah dipupuk bahwa Dia akan senantiasa melakukan kebaikan kepada kita dan tidak pernah membahayakan. Ini menuntun kita mempercayai bahwa Dia pada akhirnya akan membawa yang terbaik, sekalipun dari keadaan terburuk, karena la sangat peduli kepada kita. Kehidupan iman adalah kehidupan percaya yang berkesinambungan dari jam ke jam, hari ke hari. Masuk ke dalam kehidupan percaya inilah saya mengajak Anda hari ini.



RENUNGAN HARIAN 19 FEBRUARI 2011


KETIKA ALLAH MENGOTORI TANGAN-NYA


"Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa la benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus" (Roma 3:26).


Setelah serangan tanggal 11 September 2001, Amerika Serikat mulai menyiapkan respons. Awalnya, orang-orang Amerika membayangkan misil-misil kapal yang ditempatkan dengan baik akan memberikan hasil. Amerika memiliki kapal-kapal induk dengan pesawat-pesawat tempur mematikan menuju Teluk Persia, memiliki pesawat-pesawat pengintai yang bisa disebarkan di atas Afghanistan yang mampu melacak seekor unta yang menuruni pegunungan.

Namun segera kita menyadari ini tidak hanya sekadar satu serangan kilat. Kita tidak akan menang melawan terorisme dari jarak jauh. Kita harus datang dekat. Kita harus mengotori tangan kita. Akan ada korban. Peperangan baru melawan terorisme memerlukan investasi waktu. Memerlukan komitmen tinggi. Dan itu mengarah pada inti respons Allah terhadap terorisme, terhadap tantangan Lusifer. Inilah kunci utama untuk berhasil mengatasi kejahatan di dunia kita sekarang ini. Inilah jawaban Allah. Inilah gerakan-Nya terhadap kecemburuan, kebencian dan pembalasan dendam. Beginilah la bereaksi karena dianggap sebagai musuh.

Sederhananya, Allah tidak berperang dari jarak jauh. la dekat. Allah mengotori tangan-Nya. Itulah komitmen yang dibuat-Nya dalam diri Yesus Kristus. Dan itulah kabar baik yang bisa kita pegang teguh menghadapi teror. Rasul Paulus berkata, "Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini" {Gal. 1:3,4).

Allah ingin melepaskan kita "dari dunia jahat yang sekarang ini." la ingin melepaskan kita dari teror. Bagaimana Dia melakukan itu? la menyerahkan Diri-Nya sendiri untuk dosa-dosa kita. la melakukan-Nya di dalam Kristus di salib. la menjadi korban. la menyerap dalam tubuh-Nya sendiri segala sesuatu yang kita takuti. la menyerap dalam daging-Nya sendiri kebencian yang salah arah dari dunia.

Apakah Allah hanya memerintahkan kita dari jarak jauh? Tidak sama sekali! la datang untuk mencurahkan darah-Nya bagi kita! Apakah Allah mencari jalan untuk menghukum, untuk membiarkan kita tetap berada di posisi kita? Tidak sama sekali! la mati untuk membayar hukuman dosa-dosa kita. Apakah Allah harus mengendalikan semua orang agar bahagia? Tidak sama sekali! la menyerahkan hidup-Nya untuk mengembalikan kebebasan kita. Allah membuat satu pertunjukan kasih dan kemurahan-Nya dan keadilan-Nya di salib. Itu adalah perbuatan puncak-Nya mengimbangi terorisme. la memaparkan keburukan dosa apa adanya.

Kasih Allah akan menang pada akhirnya. Biarlah kasih-Nya memenuhi kehidupan Anda hari ini dan mengalir pada tiap orang di sekeliling Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar