SELAMAT DATANG! DI MESIAS , BULETIN GMAHK MERBABU

SELAMAT DATANG SAUDARA-SAUDARA YANG KEKASIH DI DALAM TUHAN! BLOG INI ADALAH BLOG GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH JEMAAT MERBABU
BLOG INI ADALAH REPRESENTASI DARI BULETIN GMAHK MERBABU YANG BERISI INFORMASI KESEHATAN, RENUNGAN, KESAKSIAN, INFORMASI UMUM, BERITA GEREJA DAN PEKABARAN TUHAN KEPADA ANDA SEMUA PARA PEMBACA!
SELAMAT MEMBACA DAN BAGIKAN KEMBALI KEPADA SAUDARA-SAUDARA YANG LAIN!
SEMOGA BLOG INI SEMAKIN MEMBANTU PEKERJAAN TUHAN MELALUI KITA HAMBA-HAMBANYA DI DUNIA INI. SAMBIL KITA MENANTIKAN KEDATANGANNYA YANG KEDUA KALI. HALELUYA. AMIN! TUHAN BESERTA KITA!

Sabtu, 19 Februari 2011

RENUNGAN PAGI ONLINE / 20 FEB-27 FEB 2011

RENUNGAN HARIAN ONLINE

20 FEBRUARI 2011

KOMITMEN: KEBENARAN YANG MENJADI PUDAR

"Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: 'Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku'" (Markus 8:34).

Ahli sosiologi Stephen Cohen baru-baru ini menyelesaikan satu penelitian mendalam mengenai budaya sekular temporer di Amerika. Dalam sampelnya, ia berkonsentrasi pada apa yang dia sebut orang-orang Yahudi yang "bergabung sebisanya," sebagian besar mereka bukan ateis dan bukan juga yang setia beribadah. Apa yang menonjol pada semua wawancaranya adalah sesuatu yang ia sebut "diri yang berkuasa." Sekarang ini diri sendiri yang berkuasa; diri sendiri menjadi ukuran bagi segala sesuatu. Tidak ada komitmen yang lebih tinggi.


Para ahli sosiologi lainnya telah menemukan sikap yang sama di tengah seba­gian besar orang-orang Kristen sekarang ini. Mereka berpikir, diri sendirilah yang ber­kuasa. Kita tidak mencari hal-hal yang agung atau kebenaran-kebenaran seutuhnya lagi. Kita tidak memandang sesuatu yang lebih besar daripada diri kita untuk menjadi pegangan. Kita mencari sesuatu yang sesuai dengan ukuran kita, sesuatu yang dirasa nyaman.

Dan kita kehilangan sesuatu dalam semua ini. Ada kebenaran yang menjadi pudar dari pandangan, satu elemen hilang dalam kehidupan kita. Itu disebut komitmen. Komitmen sesungguhnya sulit ditemukan sekarang ini. Kita menjauh dari janji-janji besar. Kita menghindari investasi-investasi yang serius bagi diri kita sendiri.


Satu hal yang pasti: Kita baca dalam Perjanjian Baru bahwa Yesus mengajak para pengikut-Nya memiliki komitmen. la memanggil Matius dari kedudukannya yang menguntungkan dan memiliki kekuasaan sebagai seorang pemungut cukai, dengan dua kata yang menggerakkan ini: "Ikutlah Aku!" Kitab Suci mencatat, "Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia" (Matius 9;9). Kristus berkata kepada para pengikut-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (Markus 8:34). Komitmen, penyangkalan diri, dan penyerahan seringkali diremehkan dalam Kekristenan sekarang ini yang tak terbebani salib, santai, tidak mau repot. Kekristenan yang berkompromi tanpa komitmen akan kekurangan substansi. Kurang kesungguh-sungguhan. Kurang kuasa. Kurang sukacita sejati.

Yesus menyatakannya, "Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya" (ayat 35). Kepuasan kekal mengalir dari tujuan yang pasti. Tidak akan ada tujuan sejati tanpa komitmen kepada hal yang lebih besar dari diri kita sendiri. Ketika kita terserap oleh sesuatu yang lebih besar dari diri kita, maka kita menemukan kunci kebahagiaan hidup yang sejati.


Tidak ada komitmen yang lebih besar dari pada perkara Kristus. Tidak ada maksud yang lebih besar daripada menyatakan kasih Allah kepada orang lain. Kita me­nemukan makna hidup sesungguhnya ketika kita menyerahkan diri kita. Makin dalam komitmen Anda, maka semakin luas kehidupan Anda.



RENUNGAN HARIAN ONLINE

21 FEBRUARI 2011

KOMITMEN DAN KEHADIRAN Dl GEREJA

"Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat" (Ibrani 10:24, 25).

Komitmen adalah suatu kebenaran yang menjadi pudar di dunia kita sekarang ini. Komitmen terhadap gereja sudah menghilang. Padahal itulah hal yang paling kita butuhkan. Sebenarnya, kita sangat memerlukannya.


Penulis Ibrani menulis, "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita sa­ling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati" (Ibr. 10:24,25). Jangan menjauh dari pertemuan ibadah. Mengapa? Karena itulah salah satu cara Anda bertumbuh secara rohani. Begitulah caranya Anda didorong untuk mengejar "kasih dan perbuatan baik." Anda harus membuat satu komitmen untuk bisa mendapatkannya. Anda tidak akan mem-perolehnya dengan pergi ke ibadah gereja. Anda tidak akan memperolehnya dengan duduk-duduk diam di terasnya. Anda tidak akan memperolehnya dengan mendengar-kan khotbah-khotbah.


Anda harus menjadi bagian dari satu persekutuan untuk benar-benar terpeli-hara. Anda harus tetap setia bersama satu kelompok dalam suka maupun duka, da­lam kesenangan dan kesedihan, agar bertumbuh, memperkembang hubungan yang mendukung Anda, yang membuat Anda bertanggung jawab, yang mengilhami Anda.

Kita telah kehilangan pandangan itu sekarang ini. Kita tidak ingin menyerah pada tuntunan orang lain. Kita tidak ingin menyesuaikan diri dengan aturan-aturan satu denominasi gereja. Kita memiliki banyak sekali kebebasan, namun kita menderita kelaparan di dalamnya. Jiwa kita hidup oleh makanan penyambung hidup. Kita tidak mendapatkan makanan keras yang kita butuhkan. Kita tidak mendengar apa yang perlu kita dengarkan (tapi tidak ingin dengarkan).

Berikut adalah tiga hal spesifik yang bisa Anda lakukan untuk menerima berkat rohani terbesar dari ibadah gereja:

1. Bertekad untuk hadir tiap minggu. Makanan yang sesekali diberikan tidak memelihara tubuh Anda, dan kehadiran sesekali di gereja tidak akan memelihara jiwa.

2. Siapkan hati Anda untuk ibadah dengan berdoa. Allah akan memberikan ke-pada Anda berkat rohani yang paling dibutuhkan hati. Sambutlah berkat. Percayalah bahwa Allah akan berbicara kepada Anda melalui musik, doa, dan khotbah. Hadiri ibadah dengan harapan penuh sukacita, bukan rasa kewajiban yang suram.

3. Jadilah seorang partisipan yang aktif dalam ibadah, bukan seorang penonton yang membosankan. Bawalah Alkitab Anda. Konsentrasi pada kata-kata lagu pujian. Masuklah ke dalam suasana doa. Catatlah khotbah pendeta.

Allah akan mengejutkan Anda dengan hal yang jauh dari Anda bayangkan.



RENUNGAN HARIAN ONLINE

22 FEBRUARI 2011

BENIH-BENIH TERORISME

"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan" (Efesus 4:31).

Apakah yang menciptakan seorang teroris? Bagaimanakah kerangka berpikir para teroris? Para teroris adalah orang-orang yang belajar membenci. Mereka fokus pada musuh dan harus bertanggung jawab atas penyakit mereka. Mereka melihat musuh mereka sebagai sumber semua kesulitan mereka. Kepahitan, kegeraman, dan kemarahan adalah benih-benih terorisme. Ketika benih-benih ini diperbesar oleh bara api kebencian, para teroris akan berkorban apa saja untuk menghancurkan me­reka yang dianggap musuh, Terorisme dimulai dalam pikiran. Ketika kebencian me-ngendap dalam hati, lahirlah para teroris.

Kita bisa memberikan tempat bagi Iblis di hati kita sama seperti Adam dan Hawa memberinya tempat di Taman Eden, dengan akibat yang membawa petaka. la mem-peroleh tempat ketika kita memupuk kebencian, ketika kita memusatkan kehidupan kita pada diri kita sendiri gantinya pada Allah. Paulus memberikan seruan mendesak ini, "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibu-ang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan" (Ef. 4:31).


Buanglah kebencian, kegeraman dan kecemburuan. Ekspresi "buanglah" adalah salah satu ekspresi terkuat dalam Alkitab. Itu artinya "pisahkan dirimu sendiri dari." Allah berkata, "Pisahkan dirimu dari kepahitan, kemarahan, dan kebencian." Para te­roris adalah orang-orang yang mengekspresikan sifat-sifat ini pada skala yang lebih besar, skala dunia. Mereka hanyalah orang-orang yang mempunyai cara mengeks­presikan kebencian mereka secara dramatis.

Peperangan kosmik antara kebaikan dan kejahatan sedang berlangsung seka-rang ini di dalam pemikiran kita paling dalam. Dan kita perlu memutuskan dengan yakin di mana kita berdiri bila berbicara tentang kasih Allah.

Buku Ibrani menceritakan dengan tepat apa yang harus dilakukan untuk berdiri di tempat yang benar. Di sana Yesus Kristus sebagai seorang Imam Besar yang agung, Dia yang membenarkan mereka menjawab dalam iman, Dia yang bisa meng-atasi dosa di dalam diri kita. Dan kemudian di situ diberikan ajakan ini: "Marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat" (Ibr. 10:22).

Marilah kita menghadap. Kita perlu datang dekat kepada Dia yang bisa mem-bersihkan hati kita dari kebencian dan kecemburuan. Kita perlu datang dekat dengan hati yang tulus dan jujur. Allah tidak memerangi Iblis dari kejauhan. la tidak hanya mengirimkan satu pukulan telak dari surga. Allah datang dekat. Allah terlibat.

Kita harus berespons dengan cara yang sama. Apakah Anda menjaga jarak de­ngan Allah? Apakah Anda telah mengangguk setuju pada kepercayaan yang benar? Sudah waktunya melakukan yang lebih dari itu. Ada peperangan yang sedang ber­langsung. Dan itu adalah satu peperangan yang harus dimenangkan di dalam hati kita sendiri.



RENUNGAN HARIAN ONLINE

23 FEBRUARI 2011

KEGEMBIRAAN:

KEMAMPUAN UNTUK TETAP ULET

"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku"(Filipi4:13).

Tahun-tahun belakangan ini kita telah belajar tentang efek stres yang berbahaya bagi sistem kekebalan tubuh. Stres merusak tubuh. Tetapi apakah Anda mengetahui bahwa ada juga riset yang menunjukkan hal lain? Di situ ditunjukkan bahwa stres, di-sertai dengan satu keyakinan bahwa satu masalah bisa diatasi, sebenarnya mengu-atkan sistem kekebalan tubuh. Stres yang sama disertai dengan satu sikap berbeda membuat dampak fisik yang sama sekali berbeda.

Michael Rutter mengikuti perkembangan 125 orang anak di Isle of Wight, lepas pantai Britania, dan di dalam kota London. Masing-masing anak telah didiagnosis ber-penyakit jiwa. Bagaimanakah mereka bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang se-cara harfiah sinting? Setelah 10 tahun, Rutter menemukan bahwa banyak anak-anak ini baik-baik saja. Anak-anak yang tabah itu mengambil tindakan positif mengatasi situasi penuh tekanan. Mereka melakukan sesuatu. Anak-anak kecil yang rapuh itu berhasil tumbuh besar di luar situasi mengerikan itu karena mereka percaya bahwa tindakan mereka akan membuahkan hasil.

Dua penelitian besar mengamati anak remaja Afrika-Amerika dan Hispanik di Chicago. Para peneliti menganalisis perbedaan utama antara mereka yang menun­jukkan ketabahan dan yang tidak. Apakah itu? Mereka menyebutnya "memiliki pola motivasi kognitif yang lebih kuat." Ringkasnya, mereka memiliki lebih banyak sikap positif. Mereka percaya bahwa mereka bisa mengubah lingkungannya.

Apakah Anda mengetahui bahwa kualitas esensi yang sama ini, keyakinan yang sama ini, disorot dalam Perjanjian Baru? Ya, Kristus dan para rasul-Nya mengetahui apa itu sebenarnya ketabahan, jauh sebelum penelitian-penelitian psikologis ini ada. Dan mereka menyoroti secara khusus pada permasalahan itu. Paulus berkata, "Se­gala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13). Keyakinan sang rasul dengan kukuh dialaskan dalam imannya kepada Kristus. Kristus menguatkan dia untuk menghadapi tantangan-tantangan seperti ketika dipen-jarakan dan kapal karam, dengan ketabahan yang menyenangkan.


Menurut Perjanjian Lama, imanlah yang menyanggupkan kita tetap percaya bahwa perbuatan kita akan membuahkan hasil positif dalam keadaan paling buruk sekalipun. Iman adalah kandungan utama dalam ketabahan. Iman itu percaya-bukan hanya bahwa Allah bisa dan bersedia menyelesaikan masalah kita tetapi juga bahwa Dia akan menyelesaikannya.

Lingkungan Anda mungkin menakutkan. Anda mungkin mempunyai masalah di sekeliling Anda. Anda mungkin berasal dari keluarga yang retak. Anda mungkin cacat atau kecanduan. Namun Allah lebih besar dari semua itu. Apakah Anda merasa tak berdaya? Allah itu lebih besar daripada kebiasaan Anda. Apakah orang-orang mere-mehkan Anda? Allah menaruh lebih banyak kepercayaan dalam diri Anda.

RENUNGAN HARIAN ONLINE

24 FEBRUARI 2011

MEMBIARKAN BERLALU KESEDIHAN KITA


"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Matius 5:4).

Setelah kejadian tanggal 11 September 2001, masyarakat di seluruh Amerika mencari cara untuk melupakan kesedihan mereka. Rasa sakit yang dirasakan banyak orang seperti tak tertanggungkan. Suami atau istri kehilangan pasangannya, inak ke-hilangan orangtua, dan orangtua kehilangan anak mereka. Teman-teman, kolega, dan tetangga yang dikenal sebagai orang-orang baik nyawanya lenyap sekejap mata.

Meskipun tidak ada solusi cepat bagi rasa sakit yang menyiksa kehilangan yang mengerikan itu, para penasihat Kristen membagikan sedikitnya tiga prinsip dasar yang bisa mempercepat penyembuhan emosional. Berikut ketiga prinsip itu:

1. Bicarakan. Temukan seseorang yang bisa diajak untuk mendiskusikan pe-rasaan yang ada dalam hati Anda. Bersedih adalah respons alamiah terhadap ke­hilangan. Dalam Perjanjian Lama kehilangan yang tragis biasanya diikuti dengan menangis dan meratap. Orang Israel mengekspresikan kesedihan mereka secara dramatis. Di tengah masyarakat yang lebih menahan diri sekarang ini luapan kese­dihan di muka umum seperti itu biasanya tidak lagi pantas. Akan tetapi, mendapat tempat untuk menumpahkan kesedihan, mengekspresikan kesedihan kita, menyam-paikan perasaan kita yang dalam, merupakan bagian penting untuk menanggulangi kesedihan kita.

2. Pahami siklus kesedihan. Sebagian besar orang mengalami rentang emosi yang bisa diduga dan normal. Beberapa minggu setelah tanggal 11 September 2001, saya berbicara kepada seorang wanita yang suaminya tewas pada salah satu pener-bangan itu. la menjelaskan bagaimana awalnya ia menyangkal itu. la tidak percaya bahwa suaminya berada pada salah satu pesawat yang jatuh itu. la marah pada perusahaan penerbangan itu. Kekecewaan menghampirinya. Penyangkalan, kema-rahan, kekecewaan, dan seringkali rasa bersalah merupakan emosi yang wajar pada saat kehilangan yang tragis. Antisipasilah siklus emosi ini. Perasaan itu tidak selalu muncul dengan urutan yang sama. Polanya tidak selalu bisa diduga, tetapi biasanya muncul. Mengantisipasinya lebih dulu membantu kita mengatasinya saat muncul.

3. Terima realitas. Allah tidak selalu turun tangan menghindarkan kejahatan, na-mun la tetap berada dalam kendali. Kita hidup di dunia di mana hal-hal buruk terjadi kepada orang-orang baik. Dalam peperangan antara kebaikan dan kejahatan terda-pat korban. la membiarkan Iblis menjalankan maksudnya, namun Dia ada di sana di tengah penderitaan. Dia ada di sana menghibur mereka yang berduka. Dia ada di sana untuk menyemangati orang yang kecil hati. Dia ada di sana untuk menguatkan orang yang lemah. Dia ada di sana untuk mengilhamkan pengharapan dalam diri orang yang putus asa.

Melalui kesedihan, kita bisa memegang tangan-Nya dengan iman. Kita bisa membiarkan cahaya-Nya menembuo kegelapan kita, dan janji-j'anji-Nya membesar-kan hati kita. Kita bisa menantikan hari esok yang lebih baik.


RENUNGAN HARIAN ONLINE

25 FEBRUARI 2011

ALLAH PERMULAAN YANG BARU


"SebabAku ini mengetahui rancangan-rancangan apayang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11).

Rencana Allah bagi kita lebih baik daripada yang kita bayangkan. Dia adalah Allah masa depan yang menjanjikan. Allah bisa mengambil alih mimpi yang hancur dan membuat sesuatu yang indah bagi kehidupan. Dia memiliki kemampuan menakjubkan untuk membangun kembali kehidupan. Dia adalah Allah permulaan yang baru.

Seorang wanita muda, Leslie, mengirim surat luar biasa ini ke kantor It Is Written kami. Surat itu bersaksi tentang kuasa Allah yang sepenuhnya mengubah kehidupan kita. "Saya seorang anak Allah, tapi tidak terus-menerus. Orangtua saya bercerai ke-tika saya masih berumur 10 tahun. Saya dianiaya dan akhirnya kabur dari rumah pada usia 14 tahun. Saya keluar masuk pusat rehabilitasi jiwa dan dihukum sampai umur 18 tahun. Saya menikah, namun setelah beberapa tahun bercerai dari suami saya. Saya tenggelam dalam penyalahgunaan obat dan alkohol. Saya membenci diri sendiri dan tidak percaya Allah. Saya melacur agar bisa membeli obat-obatan. Di tahun 1993 saya tidak mempunyai rumah dan menikahi seorang pecandu obat. Sesekali saya mencoba bunuh diri. Tahun 1994, setelah bercerai lagi, saya tiba di akhir garis. Saya memutus-kan untuk memeriksakan diri pada pusat rehabilitasi korban narkotik.

"Di sana saya bertemu dengan John. Setelah meninggalkan fasilitas itu, kami pindah ke sebuah apartemen dan mendapatkan pekerjaan. Kami sepertinya baik-baik saja. Tapi, empat bulan kemudian kami mengkonsumsi narkotik dan alkohol lagi. Satu malam setelah berdebat, kami mendiskusikan apa yang kami sudah pelajari tentang 'kuasa yang lebih tinggi.' Kami bertelut dan berdoa dengan tulus. Hari berikutnya, ke-tika John mencoba minum alkohol, ia mendengar suara yang jelas terdengar tepat di sebelahnya, 'Engkau meminta-Ku untuk mengambilnya, dan Aku telah mengambil-nya.1 Sejak itu kami mulai membaca Alkitab dan menonton televisi Kristen. Persembahan kami dikirim ke berbagai pelayanan, yang salah satunya adalah It Is Written!

Perjalanan menuju kebenaran mulai di bulan Juli 1995. Di bulan Agustus kami menerima sebuah pamflet melalui pos tentang Seminar Wahyu di hotel setempat. Sungguh sukacita bagi kami, segala sesuatu yang disampaikan berasal dari Firman Allah. Kami tidak melewatkan satu malam pun. Kami menerima semua kebenaran yang diberikan kepada kami dengan pikiran dan hati terbuka. Mempelajari tentang Sabatsungguh menyenangkan, semua itu masuk akal dan kami gembira bahwa Allah akan membagikan kasih-Nya, kebenaran-Nya, dengan orang-orang yang tidak layak seperti kami. Tangan sang Pemelihara telah menuntun kami kepada umat-Nya yang sisa, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Kami menikah, dan dibaptiskan di akhir ta­hun 1995. Kami menikmati kehidupan bersama dalam penantian penuh pengharapan terhadap kedatangan Kristus yang kedua kali."



RENUNGAN HARIAN ONLINE

26 FEBRUARI 2011

LEBIH DARI PADA KULIT DAN TULANG

Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang mendptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku."Yesaya43:1.

Pernahkah Anda bertanya bagaimana Allah bisa begitu mengasihi Anda? Dengan berlaksa-laksa malaikat, dan banyak sekali orang yang diselamatkan, apakah Allah memperhatikan jika Anda tersesat? Anda hanya ada satu. Anda tidak tercipta kebe-tulan secara biologis. Ketika gen-gen dan kromosom disatukan membentuk struktur biologis unik diri Anda, Allah 'membuang' polanya. Tidak ada seorang pun yang seperti Anda di alam semesta ini. Jika Allah kehilangan Anda, tidak ada orang lain yang bisa menggantikan Anda. Akan ada kekosongan di dalam hati-Nya selamanya. Allah meng-inginkan kasih Anda. Tidak ada orang lain yang bisa mengasihi Dia seperti Anda. Ada tempat dalam hati-Nya yang bisa diisi hanya oleh kasih Anda.

Mari kita andaikan seorang wanita memiliki 10 orang anak. Salah seorang anak itu laki-laki berumur 7 tahun, sedang bermain kasti di halaman depan. Kakak laki-lakinya memukul bola sampai ke jalan raya. Sementara anak berumur 7 tahun ini sedang berlari mengejar bola itu, seorang pengendara yang melaju kencang terlambat menginjak remnya. la menabrak anak laki-laki itu sehingga mati.

Saya dipanggi! untuk acara pemakaman anak itu. Bingung bagaimana saya bisa menolong si ibu, saya mendapat ide. Untuk membantu dia mengatasi rasa dukanya, saya mendiskusikan semua keuntungan atas kematian anak itu. Menaruh tangan' saya di bahunya, saya berkata, "Ibu, saya benar-benar menyesal atas apa yang ter-jadi pada anak Anda. Saya mengetahui hai itu pastilah mendukakan Anda. Namun saya tahu Anda memiliki 10 anak. Anda sekarang masih memiliki sembilan anak? Dengan sembilan anak, Anda akan memiliki lebih banyak uang dan waktu.

"Perkirakan bahwa Anda sekarang akan mendapatkan 10 persen lebih banyak waktu untuk beristirahat, 10 persen lebih banyak uang, 10 persen lebih banyak ma-kanan, 10 persen lebih banyak dalam segala sesuatu. Pikirkan waktu dan energi yang dihabiskan anak itu dari Anda. Tentu saja kesembilan anak Anda yang lain akan me-nutupi kehilangan Anda terhadap anak itu." Nah, apakah Ibu setuju?

la mungkin menjawab, "Saya tidak menginginkan siapa pun. Saya menginginkan Joey. Saya merindukan Joey. Saya kehilangan Joey. Kini kursi Joey yang kosong." Jika seorang ibu memiliki 10 orang anak, apakah dia mengasihi mereka masing-masing lebih sedikit daripada jika dia memiliki tiga anak saja? Berapa banyak kapasitas hati seorang ibu? Satu? Dua? Dua puluh? Siapakah yang menaruh kapasitas untuk mengasihi di dalam hati sang ibu? Allah yang mengasihi. Dan Allah penuh kasih yang sama yang menaruhnya di dalam hati seorang ibu, juga memiliki kapasitas tak terba-tas untuk mengasihi. Kasih Allah itu tak terbatas. Ada cukup banyak untuk dibagikan. Cukup untuk Anda. Cukup untuk saya. Cukup untuk kita semua.



RENUNGAN HARIAN ONLINE

27FEBRUARI 2011

KETURUNAN SANG RAJA


"Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kit a dan dosa kita oleh darah-Nya-dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya,~bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin" (Wahyu 1:5, 6).


Sebuah kisah diceritakan tentang kamp kematian pada Perang Dunia II. Di suatu stasiun kereta api, para tentara kamp kematian mulai memisahkan para pria yang ca-kap dari wanita dan anak-anak. Seorang ayah, seorang anggota keluarga kerajaan, melihat pemandangan ini dan mendengar tangisan memilukan dari keluarga yang dipisahkan. la sadar bahwa dia mungkin tidak akan pernah melihat putranya lagi. la bertelutdi samping anak laki-lakinya itu dan memegang bahunya. "Michael," katanya, "apa pun yang terjadi, ayah ingin kau mengingat satu hal. Engkau itu istimewa; eng-kau adalah putra seorang raja."

Dalam waktu singkat ayah dan anak itu dipisahkan oleh para tentara dan digiring ke bagian lain dari kamp kematian itu. Mereka tidak pernah bertemu lagi. Michael mengetahui lebih banyak kemudian bahwa ayahnya telah tewas di dalam kamar gas. la harus pergi sendiri dan mencoba menjalani hidup di dunia bebas.


Namun kata-kata terakhir ayahnya selalu diingatnya. Itu menjadi mercusuar pe-nuntun dalam hidupnya. "Kau adalah anak seorang raja." Michael bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan berperilaku seperti seorang anak raja.


Apakah realitas kebenaran yang sangat besar ini sudah Anda pahami? Apakah itu menuntun perbuatan Anda? Apakah itu membentuk perilaku Anda? Anda adalah seorang anak Raja alam semesta. Darah bangsawan mengalir di dalam vena Anda. Anda adalah bagian dari keluarga kerajaan surga. Ketika kita menerima Yesus seba-gai Juruselamat pribadi, maka kita "dilahirkan kembali" ke dalam keluarga Allah. Me-lalui Kristus kita diadopsi ke dalam garis kerajaan surga. Rasul Paulus menyatakan kebenaran ini dengan mengesankan: "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah" (Ef. 2; 19).


Sungguh suatu keistimewaan! Kita adalah anggota keluarga Allah. Sungguh sebutan yang indah! Kita memiliki satu identitas baru. Satu bagian keluarga Allah berada di surga, tetapi ada juga satu bagian di bumi ini. Kitab Suci merujuk kepada mereka yang menerima Yesus sebagai satu bagian keluarga Allah yang pasti. Pasal ketiga dari Efesus membuat poin ini jelas: "Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya"(Ef. 3;14,15).


Biarlah semangat Anda membubung tinggi, Anda adalah bagian dari keluarga Allah. Biarlah jiwa Anda memahami kebenaran rohani yang penuh kemuliaan hah ini. Bapa surgawi Anda adalah Pencipta alam semesta ini. Anda adalah putra dan putri Raja. Mengapa tidak berperilaku layaknya pangeran dan putri raja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar