SELAMAT DATANG! DI MESIAS , BULETIN GMAHK MERBABU

SELAMAT DATANG SAUDARA-SAUDARA YANG KEKASIH DI DALAM TUHAN! BLOG INI ADALAH BLOG GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH JEMAAT MERBABU
BLOG INI ADALAH REPRESENTASI DARI BULETIN GMAHK MERBABU YANG BERISI INFORMASI KESEHATAN, RENUNGAN, KESAKSIAN, INFORMASI UMUM, BERITA GEREJA DAN PEKABARAN TUHAN KEPADA ANDA SEMUA PARA PEMBACA!
SELAMAT MEMBACA DAN BAGIKAN KEMBALI KEPADA SAUDARA-SAUDARA YANG LAIN!
SEMOGA BLOG INI SEMAKIN MEMBANTU PEKERJAAN TUHAN MELALUI KITA HAMBA-HAMBANYA DI DUNIA INI. SAMBIL KITA MENANTIKAN KEDATANGANNYA YANG KEDUA KALI. HALELUYA. AMIN! TUHAN BESERTA KITA!

Senin, 07 Februari 2011

RENUNGAN PAGI ONLINE / 5 FEB-12 FEB 2011

Renungan Pagi 5 Februari 2011

KUASA PENGAMPUNAN YANG MENYEMBUHKAN

"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga" (Matius 6:14).

Naomi konsultasi kepada Dr. William Wilson selama lebih setahun. Dianiaya ketika masih kecil, ia berjuang dengan kemarahan tak terkendali, meskipun sudah mencapai usia pertengahan. Ledakan amarahnya begitu besar dan melemahkan sehingga para dokter merekomendasikan baginya untuk dilakukan psychosurgery.

Suatu hari Dr. Wilson mendengarkan sekali lagi pembicaraan Naomi tentang semua orang yang membuatnya marah. la merasa tak berdaya atas sikap permusuhan yang dalam ini. Kemudian timbul dalam benaknya jika wanita ini bisa menemukan pengampunan dalam hatinya kepada orang yang bersalah padanya, ia pasti bisa mendapatkan penyembuhan. la menyadari bahwa kuasa pengampunan hanya berasal dari Allah. Naomi memerlukan Allah!

Dr. Wilson berbicara kepada Naomi bagaimana kebencian dan kemarahannya sendiri telah memenjarakan dia. Naomi mulai menangis. Naomi sangat perlu mengenal Kristus. la hanya tidak mengetahui bagaimana menerima-Nya. Dr. Wilson menjelaskan bagaimana dia bisa menerima pengampunan yang Yesus berikan di salib. Setelah menerima pengampunan Yesus, Naomi mulai berubah. Sekarang dia dan Dr. Wilson bisa menerapkan pengampunan sebagai sebuah penyembuhan bagi kemarahan kronisnya. Naomi harus menghadapi hal-hal menyakitkan di masa lalu, dan ia harus dengan sadar mengampuni.

Sekarang dia memiliki cara-cara untuk mengampuni yaitu memiliki pengampunan yang Kristus telah berikan padanya. Akhirnya, Naomi bebas dari kemarahan yang telah mengganggu kehidupan emosinya. la mulai menikmati hubungan yang sehat dengan rekan kerja dan anggota keluarga untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun sebelumnya hilang.

Prinsip paling ampuh dalam penyembuhan emosi adalah pengampunan.
Ketika kita telah dilukai begitu dalam oleh orang lain, emosi kita terluka. Kemampuan kita untuk mempercayai dihancurkan. Jaminan kita hancur. Namun, pengampunan adalah balsem kesembuhan Allah bagi hati yang hancur. Ketika Yesus tergantung di salib, diperlakukan dengan tidak adil dan disalibkan dengan kejamnya, la berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk. 23:34).

Pengampunan membuka pintu pikiran untuk menerima kasih Allah bagi mereka yang memperlakukan kita dengan tidak adil. Pengampunan bukanlah emosi; itu sebuah pilihan.
Adakah seseorang yang telah bersalah kepada Anda, yang telah sangat melukai Anda? Sekaranglah waktunya memilih untuk mengampuni. Kemarahan, dendam dan kebencian akan menghancurkan Anda. Jika Yesus bisa mengampuni mereka yang dengan tidak adil menyalibkan Dia, maka Anda bisa mengampuni rnereka yang dengan tidak adil telah melukai Anda.




Renungan Pagi 6 Februari 2011

BILA ANDA TAK BISA MENGAMPUNI (Bagian 1)

"Sebab Engkau, ya Tuhun, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu" (Mazmur 86:5).

Pada tahun 1985, Presiden Ronald Reagan mengunjungi sebuah pemakaman militer Jerman di Bitburg dan menaruh karangan bunga pada monumen di sana. la mengharapkan ini sebagai isyarat perdamaian, suatu jalan untuk pada akhirnya mengatakan selamat tinggal pada kenangan pahit Perang Dunia II. Namun karangan bunga itu menyebabkan kegaduhan internasional, karena 49 tentara SS dikuburkan di sana, dan SS Hitler bertanggung jawab atas banyak kekejaman terhadap orang-orang Yahudi.

Sikap perdamaian itu boleh-boleh saja, kata orang-orang, tetapi Presiden Reagan tidak mempunyai hak untuk mengampuni apa yang telah dilakukan kepada orang-orang Yahudi. Hanya orang-orang Yahudi yang bisa melakukan itu. Sebagaimana syair yang pernah John Dryden tuliskan: "Pengampunan itu milik orang yang disakiti." Hanya yang dilukai memiliki hak untuk mengampuni. Pengarang esai, Lance Morrow, menjelaskan, "Presiden Reagan bisa mengampuni John Hinckley karena telah menembak dia. Namun dia tidak bisa mengampuni, katakan saja, Ali Agca karena menembak Paus Yohanes Paulus II. Hanya Yohanes Paulus yang bisa melakukan itu."

Ketika kita bersalah kepada orang lain, Roh Kudus seringkali menyarankan kita untuk meminta maaf kepada mereka. Beberapa orang memikul beban rasa bersalah selama bertahun-tahun. Ada hambatan antara mereka dan orang lain. Kata hati mereka menghukum mereka atas sesuatu yang telah mereka lakukan untuk menyakiti seorang anggota keluarga atau teman. Ketika kita menyakiti orang lain, kita sebenarnya telah menyakiti anak-anak Allah. Dalam suatu pengertian yang sangat nyata kita telah melukai Tuhan itu sendiri. Ingat: "Pengampunan itu milik orang yang disakiti."

Langkah pertama dalam penyembuhan rohani adalah mengakui dosa kita kepada Allah. Ada tertulis: "Jika kita mengaku dosa kita, maka la adalah setia dan adil, sehingga la akan mengampuni segala dosa kita" (1 Yoh. 1:9). Ketika kita datang kepada Allah dalam kesedihan, meminta Dia untuk mengampuni kita! la melepaskan kita dari hukuman dosa. Kesalahan moral kita lenyap. Paulus menyatakan satu kebenaran kekal dalam Kisah 24:16: "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." Ada satu perbedaan antara kesalahan moral dan kesalahan psikologis.

Allah melepaskan kita dari kesalahan moral ketika kita mengakui dosa.
la tidak menunggu sampai kita meluruskan segala sesuatunya dengan orang lain. Karena kita sudah diampuni oleh Allah, sekarang kita memiliki keinginan agar orang yang telah kita perlakukan salah dapat mengampuni kita. Ketika seorang individu meminta kita untuk mengampuni mereka atas suatu kesalahan, dan kita-pihak yang terluka, tersakiti, dan dirugikan-dengan tulus mengampuni, maka suatu hubungan yang baru seringkali terbentuk.




Renungan Pagi 7 Februari 2011

BILA ANDA TAK BISA MENGAMPUNI (Bagian 2)

"Sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat" (2 Korintus 2:7).

Dukacita dan kemarahan menggerogoti Elizabeth dan Frank Morris setelah seorang pengemudi yang mabuk membunuh putra mereka Ted. Kemarahan mereka bertambah saat mengikuti persidangan Tommy, pemuda yang tertuduh merenggut nyawa putra mereka. Mereka tahu bahwa Tommy mabuk berat pada malam itu, masuk ke dalam mobil, membelok di jalanan, dan kemudian menabrak kendaraan Ted.

Frank Morris jadi terobsesi pada setiap rincian proses hukum itu, menantikan saat Tommy dinyatakan bersalah. Dan Elizabeth, ia mengkhayalkan Tommy ada di kursi listrik dan ia sendiri yang menyalakannya. Penderitaan pasangan itu tidak berakhir dengan hukuman penjara Tommy. Mereka menganggap diri mereka sendiri orang Kristen, namun besarnya kebencian itu mengejutkan mereka. Elizabeth mulai berdoa meminta jalan keluar.

Suatu hari Elizabeth mendengar Tommy akan berbicara di sekolah Ted sebagai bagian dari rehabilitasinya. la kelihatan benar-benar bertobat, dan Elizabeth mengumpulkan keberanian untuk berbicara kepadanya setelah itu. Ketika ia mengetahui bahwa tidak seorang pun pernah mengunjungi dia di penjara, ia memutuskan untuk mengunjunginya. Kunjungan itu dimulai dengan beberapa lama percakapan yang tegang. Kemudian Tommy tiba-tiba tanpa pikir panjang berkata, "Nyonya Morris, saya begitu menyesal. Tolong ampuni saya." Segala sesuatu tampak beku bagi Elizabeth saat ia menatap pembunuh putranya. la ingin melepaskan semua kemarahan dan kepedihan. Memang sifat kemanusiaan berseru, "Balas dendam!"

Akan tetapi, pada saat itu, sesuatu terjadi yang menggerakkan dia melampaui logika penolakan untuk mengampuni. la mendengar kata-kata yang pernah diucapkan Dia yang tersalib. Kata-kata itu tercurah atasnya: "Bapa, ampunilah mereka.... Bapa, ampuni mereka." Tiba-tiba dia bisa mengampuni, karena ia telah diampuni. Elizabeth diam-diam berdoa, "Ya Allah, Engkau juga kehilangan Putra Tunggal. Namun Engkau mengampuni mereka yang membunuh Dia." Elizabeth Morris memaafkan Tommy dan meminta maaf atas kebencian yang ia simpan selama berbulan-bulan.

Pengampunan Kristus adalah sikap ramah yang mencairkan hati kita yang mengeras. Kemurahan Kristus memenangkan kita. Kasih-Nya, meskipun dengan semua yang kita lakukan untuk melukai Dia, memenangkan kita. Jika kita dengan penuh kasih mengampuni seseorang yang telah bersalah kepada kita, hati mereka akan luluh. Mereka dikejutkan dengan sukacita. Mereka diliputi oleh kemurahan kita.
Hari ini, berikan pengampunan penuh kasih kepada siapa saja yang melakukan kesalahan kepada Anda. Dengan ramah ampuni setiap orang yang telah melukai Anda, dan lihat rintangan-rintangan roboh. Anda akan terpesona dengan kuasa pengampunan yang menyembuhkan dalam kehidupan Anda sendiri dan dalam kehidupanorang-orang di sekitar Anda.



Renungan Pagi 8 Februari 2011

DARI PEMBUNUH MENJADI ANAK

"Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan" (Mazmur 130:3, 4).

Kemarin saya telah menceritakan kisah yang menyentuh hati tentang Elizabeth Morris yang mengampuni Tommy, pengemudi mabuk yang menyebabkan putranya tewas. Sekarang, kisah selanjutnya. Elizabeth terus mengunjungi Tommy di penjara. Wanita saleh ini meyakinkan Tommy bahwa Allah bisa membantu dia meninggalkan kecanduan alkohol yang sudah dijalaninya selama delapan tahun. Tommy juga mulai giat mengikuti pelajaran Alkitab.

Suatu hari, suami Elizabeth, Frank, harus menjemput Tommy untuk program "Ibu Menentang Pengemudi Mabuk." Frank tidak yakin dia bisa mengobrol dengan pemuda itu, namun dalam perjalanan Tommy berbicara secara antusias tentang semua yang dia pelajari dari Alkitab. Jelas baginya bahwa pemuda itu telah membuat satu komitmen kepada Kristus.

Tiba-tiba Tommy berkata, "Seandainya aku bisa dibaptiskan!" Saat itu, mereka baru saja melewati gereja Frank. Frank sendiri telah diberi wewenang oleh denominasinya untuk melakukan baptisan. Sepertinya momen itu, Tuhan sudah direncanakan.

Perlahan kedua orang itu masuk ke dalam gereja kudus yang kosong itu. Frank menuntun Tommy menuju kolam baptisan, dan mereka masuk ke dalam air. Saat Frank mengangkat tangannya dan mengucapkan, "Dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus," ia jadi teringat upacara yang sama yang dilakukannya bagi putranya sendiri. Ketika Tommy keluar dari air, ia memeluk Frank dan dengan gagap berbicara, "Tolong, saya ingin Anda mengampuni saya juga." Dan masih meneteskan air baptisan, Frank merasakan pengampunan Kristus yang mahal itu mengalir dalam dirinya ketika ia berbisik, "Saya memaafkanmu."

Kesempatan Tommy menjalani rehabilitasi secara sempurna tidaklah bagus dari sudut pandang manusia. la menanggung luka psikologis dibesarkan di tengah keluarga bermasalah. la telah menyalahgunakan alkohol sejak berusia 16 tahun,

Namun Tommy berhasil menghalau rintangan itu. la meninggalkan kebiasaan itu selamanya. la menemukan sebuah pekerjaan tetap, dan ia menetapkan suatu tujuan yang kuat untuk melayani Tuhan. Mengapa? Sebagian besar karena ia mendapati dalam diri Elizabeth dan Frank Morris, orangtua itu, sesuatu yang tidak pernah dia miliki. Karena Elizabeth tetap berkunjung tiap hari. Karena mereka memohon kepada hakim untuk mengizinkan Tommy menghabiskan waktu tiap hari Minggu dalam asuhan mereka. Karena dia mulai makan di rumah mereka, berdoa di rumah mereka, belajar di rumah mereka. Karena Frank meminta dia untuk membantu pekerjaan-pekerjaan luar disekitar rumah.

Pasangan berduka ini menemukan seorang putra kembali dalam diri seorang yang kepadanya setiap sifat kemanusiaan mengajarkan untuk membencinya.

Apakah pengampunan itu ada harganya? Tentu saja! Tetapi apakah pantas? Tanyakan pada Elizabeth dan Frank Morris.



Renungan Pagi 9 Februari 2011

Dl TANGAN YANG BAIK

"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga" (Efesus 1:3).

William P. Wilson, profesor pensiunan psikiatri di Universitas Duke, adalah seorang spesialis terkenal dunia di bidangnya. Artikel-artikelnya tentang psikoterapi telah dipublikasikan di jurnal-jurnal klinis utama. Beberapa spesialis dalam komunitas medis telah mengulas karyanya dengan saksama. Sebagai seorang Kristen yang taat, Wilson telah menarik perhatian dunia lebih jauh dengan menerapkan pandangan-pandangan Alkitabiah ke bidang psikoterapi. Para kliennya seringkali merasakan kebutuhan terhadap penerimaan, kasih, keamanan, dan sukacita dalam kehidupan mereka. Di dalam bukunya The Grace to Grow, Wilson menceritakan kisah tentang Peter.

Peter dilahirkan dengan gangguan penglihatan yang parah, Sekalipun dengan kaca mata setebal setengah inci, namun yang ia lihat tetap berbayang. Sejak kecil dia tidak pernah belajar membaca. Karena terus-menerus diejek di sekolah, dia segera berhenti sekolah. Pada umur 10 tahun dia mulai mencuri barang-barang yang tidak mahal di toko-toko kecil. Usia 21 tahun dia menjadi seorang pencuri sesukanya. Mencuri memberikan rasa puas baginya, serasa berkuasa, memegang kendali. Di usia 30 tahun dia sudah memenuhi garasi dengan barang-barang dari toko barang di seluruh kota. Meskipun dia tidak pernah menggunakan barang-barang itu, dan membiarkannya tetap dalam bungkusnya, dia terus mencuri,

Dengan saksama menganalisis masalah Peter, Wilson berupaya menegaskan penghargaan diri Peter melalui pandangan-pandangan rohani. Dalam waktu satu tahun Peter telah mengembangkan satu konsep yang sama sekali baru. Dengan berani, ia mengembalikan barang-barang yang dicurinya. la juga mulai membaca Alkitab cetakan besar. Ajaibnya, perubahan-perubahan yang tak terceritakan terjadi dalam hidupnya. Pada satu acara retret para dokter, pengacara, dan pejabat pemerintah terpilih, Peter yang setengah buta huruf itu menyaksikan kasih karunia Allah dalam kehidupannya sendiri. Sambil memegang Alkitab cetakan besar enam inci di tangannya, ia mulai membaca nasihat menenteramkan dari kitab Efesus: "Dalam kasih la telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya" (Ef. 1:5, 6).

Wawasan rohani dalam surat Paulus kepada orang-orang Efesus mengubah kehidupan Peter. Nasihat itu membuat perbedaan baginya, dan itu juga bisa membuat perbedaan bagi Anda. Ada lima pandangan luar biasa dari Efesus 1. Pertama, Tuhan memilih kita sebelum penciptaan dunia (ayat 4). Kedua, Tuhan menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (ayat 5). Ketiga, Tuhan menerima kita (ayat 6). Keempat, Tuhan telah menebus kita (ayat 7). Dan kelima, Tuhan akan mengumpulkan kita sebagai satu keluarga (ayat 10).


Renungan Pagi 10 Februari 2011


KEMARAHAN ITU MEMATIKAN

"Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikian-lah ia" (Amsal 23:7).

John Hunter, seorang ahli bedah terkenal di abad kedelapan belas, menderita serangan angina (sakit dada). Letupan amarah memperburuk kondisinya berulang kali. Tetapi bukannya menanggulangi masalah ini, Dr. Hunter hanya meratapi, "Hidupku berada pada kemurahan bajingan mana pun yang seringkali membuat aku marah." Benar saja, suatu hari seorang "bajingan" membuat dia marah. Seorang anggota Dewan Rumah Sakit St. George di London terlibat cekcok yang memanas dengannya. Dr. Hunter dengan kasar keluar dari pertemuan itu dan jatuh mati di ruangan sebelah.

Ahli filosofis Cina, Confusius, suatu kali menyatakan, "Seorang pria yang marah selalu penuh dengan racun." Pernyataan Confusius dari segi fisiologi benar.
Satu jiwa yang marah, dingin, tak memaafkan akan menyebabkan dihasilkannya bahan-bahan kimia negatif yang merusak kesehatan.


Bagaimana kita bisa mengatasi kemarahan? Adakah pedoman Alkitabiah yang spesifik membantu kita untuk mengatasi kemarahan yang kita rasakan? Ada! Prinsip-prinsip Alkitab membantu kita mengatasi kemarahan oleh satu perspektif baru. Kemarahan itu adalah suatu emosi. Kita tidak bisa selalu menentukan kapan kita akan marah. Namun kita bisa memilih untuk tidak membiarkan kemarahan mengendalikan kita. Rasul Paulus membuat satu pernyataan menarik mengenai kemarahan: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa" (Efesus 4:26). Dengan kata lain,
ketika Anda merasakan kemarahan, jangan biarkan itu mengendalikan Anda. Jangan terbawa oleh kemarahan. Jujurlah pada Allah. Serahkan kemarahanmu kepada Allah.


Menekan emosi kemarahan bisa menghasilkan kelanjutan trauma fisik dan emosi. Untuk mengungkapkan kemarahan kepada orang lain dengan tidak tepat akan menciptakan lebih banyak rintangan dan menjauhkan orang lain dari kita. Untuk mengungkapkan kemarahan kita kepada Allah adalah dengan jujurnya menyampaikan apa yang kita rasakan, membuka hati kita untuk menerima penyembuhan surgawi. Ketika Kain dipenuhi kemarahan terhadap adik laki-lakinya, Habel, Allah bertanya, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?" (Kejadian 4:6). Kita boleh memberikan pertanyaan yang sama. Setelah dengan jujur mengakui kemarahan kita kepada Allah, kita juga boleh bertanya, Mengapa saya marah? Kenali sumber kemarahan, demikian amaran rasul Paulus untuk mengatasinya dengan cepat. la menasihatkan kita untuk tidak "berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis" (Efesus 4:26,27).

Jika kita tidak cepat mengatasi kemarahan kita, Iblis akan menggunakan kemarahan itu untuk mengendalikan kita. Ketika Anda merasakan kemarahan membara di dalam diri Anda, bawalah kemarahan itu kepada Allah. Kalau perlu, temui orang yang kepadanya Anda marah dan berusahalah meluruskan segala sesuatunya.



Renungan Pagi 11 Februari 2011

IA MENYELAMATKAN AKU

"la akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Matius 1:21).

Selama ekspedisi Sir Ernest Shackleton ke Antartika di tahun 1914, kapalnya Endurance, hancur di tengah gumpalan es di Laut Weddell. Kru bersamanya terbawa arus selama berhari-hari hingga mereka terdampar di Pulau Gajah.

Shackleton menyuruh anak buahnya mendirikan kamp di mana mereka bisa menyimpan persediaan dan mencoba bertahan dari musim dingin yang akan tiba. Namun ia segera menyadari bahwa tidak seorang pun akan datang untuk menyelamatkan mereka. Tidak seorang pun mengetahui di mana mereka berada. Mereka terputus dari dunia karena samudera yang membeku dan angin yang kencang. Hanya ada satu harapan keselamatan: seseorang harus menyeberang lautan yang tak bersahabat itu dan mencari bantuan. Shackleton menyiapkan sebuah perahu penyelamatan yang panjangnya 20 kaki untuk pelayaran itu. Dari para sukarelawan ia memilih sekelompok terdiri dari lima orang untuk bergabung bersamanya. Mereka harus menyeberangi 800 mil lautan bergelombang hebat untuk mencapai stasiun penangkapan ikan Norwegia di pulau beku di Georgia Selatan.

Sepertinya suatu tugas yang mustahil berada dalam perahu terbuka pada musim paling banyak badai tahun itu. Namun Shackleton pergi bersama anak-anak buahnya. Selama berhari-hari mereka berimpitan di bawah pelindung darurat, menjaga haluan mengarungi gelombang terbesar, sambil berdoa agar angin tidak memecahkan perahu kecil mereka. Mereka menahan dingin yang menggigit tulang, kantong-kantong tidur mengeras, air dingin membeku menghujani punggung mereka, juga rasa lapar dan haus. Tujuh belas hari sejak pelayaran mereka mulai, ketika semua orang nyaris mati karena terpapar dan haus, mereka melihat titik karang hitam Georgia Selatan! Shackleton berhasil mencapainya. Berikutnya, segera sebuah kapal berlayar untuk menyelamatkan sisa anak buahnya yang terdampar.

Ketika Allah melihat pada keadaan kita yang sulit dan mengetahui bahwa kita terasing di pulau kita, dikelilingi lautan dosa yang tiada batasnya, la sendiri masuk ke lautan yang tak bersahabat itu. la sendiri mengalami besarnya kejahatan umat manusia. Yesus datang dalam misi penyelamatan. Kita tersesat tak berdaya. Terdampar di pulau berbatu dan tandus yang disebut bumi, kita tidak bisa menyelamatkan diri sendiri.

Yesus meninggalkan kenyamanan di surga. la meninggalkan penghormatan para malaikat dan kemuliaan yang kekal. Yang paling besar, Yesus meninggalkan keintiman persekutuan dengan Bapa. Yesus telah ada bersama Bapa dari masa kekekalan. Pernahkah Anda berpisah dari seorang yang Anda kasihi selama berhari-hari, selama berbulan-bulan, selama bertahun-tahun? Anda mengetahui betapa menyedihkan perpisahan itu. Anda mengetahui kehampaan hati yang menyertainya.

Yesus mengambil semua risiko itu untuk datang ke bumi. la menghadapi kuasa penggodaan Setan. Yesus membuat pengorbanan yang menakjubkan ini untuk satu alasan. la tidak tinggal diam di surga sementara Anda tersesat. Sungguh Pelepas agung! la pantas disembah dan dikasihi selama-lamanya.



Renungan Pagi 12 Februari 2011

HARI ESOK YANG LEBIH BAIK

"Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat~Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yohanes 14:3).

Salah satu kebutuhan psikologi adalah pengharapan. Seseorang berkata, "Anda bisa hidup beberapa minggu tanpa makanan, beberapa hari tanpa air, namun hanya beberapa saat tanpa pengharapan." Harapan mengangkat jiwa. Harapan menopang hati kita. Harapan menginspirasi kita untuk bertahan pada masa-masa hidup paling sulit. Kadang-kadang yang kita perlukan untuk memelihara diri adalah setitik harapan bahwa suatu hari nanti segala sesuatu akan lebih baik daripada yang sekarang.
Yesus memberikan segala pertimbangan untuk berharap kepada murid-murid-Nya. Tepat sebelum penyaliban, la menyemangati mereka dengan kata-kata ini: "Janganlah gelisah hatimu" (Yohanes 14.1). Dengan kata lain, jangan diliputi dengan kekhawatiran dan rasa takut yang mengendalikan, karena "Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku" (Yohanes 14:3). Yesus berjanji akan datang kembali untuk membawa kita ke tempat yang lebih baik yang sedang disiapkan-Nya. Dialah yang memegang masa depan. Dia akan memberikan kata-kata yang terakhir.
Ada satu peristiwa yang cukup besar, cukup agung, untuk mengalahkan rasa takut kita. Ada satu peristiwa yang cukup gemilang untuk mengalahkan kegelisahan dan kekhawatiran kita kedatangan Yesus Kristus. la berjanji bahwa kita akan melihat Dia, "Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya" (Luk. 21:27).Yesus akan menghentikan sejarah. la berjanji untuk datang kembali.

Janji kedatangan Tuhan dijelaskan dalam Kitab Suci. Untuk setiap ayat Perjanjian Lama mengenai kedatangan Yesus yang pertama kali, ada delapan bagian tentang Kedatangan Kedua kali. Kedatangan Kristus yang kedua kali disebutkan lebih dari 1.500 kali dalam Aikitab. Ditemukan sekali dalam tiap 25 ayat di Perjanjian Baru. Janji kedatangan Tuhan memberikan kita pengharapan yang tak tergoyahkan di masa yang tidak pasti. Kitab Suci meyakinkan kita bahwa sejarah akan berakhir dalam penampakan Yesus yang penuh kemuliaan, bukan dengan peperangan nuklir, biologis, atau kimia yang mengerikan. Bukan awan cendawan bom atom, namun awan kemuliaan Kristus yang akan berkuasa di masa depan.

Baca kata-kata Paulus yang pasti dalam Titus 2:13: Kita menantikan "penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus." Penggenapan pengharapan bisa membuat kita tetap memandang ke atas ketika tragedi menimpa, sakit dan kehancuran, dalam kemalangan dan kematian, kekecewaan dan depresi.
Pengharapan mengangkat kita dari apa yang ada sekarang kepada apa yang akan datang. Pengharapan memusatkan pandangan kita pada kemuliaan surga di atas bukan pada kesukaran bumi di bawah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar